ku himpun ranting-ranting kecewa
ku longgok daun-daun duka
di suatu sudut yang sepi
di waktu senja melangkah tiba
di kala mentari merah melebar
aku termangu sendiri
melayari gemersik naluri
alunan irama sayu berbicara
HARUSKAH
angin malam
menampar lembut pipiku
mengejutkan aku dari lena
lalu ku tanya hati ini
HARUSKAH aku
dalam menghabiskan sisa hidup ini
yang teramat singkat
haruskah hidup ini selalu dilanda keresahan
haruskah aku menghadapi semua ini
aku bukanlah pilihan untuk menghadapi
semua perasangka yang membabitkan jiwaku
aku tidak meminta balasan
aku bukan minta belas kasihan
aku tidak meminta perhatian
tetapi aku hanya mahukan sedikit ruang
biarpun terasing dari sudut hati ini
biarpun terpaksa mengharungi pahit
getir , ombak . dan juga cabaran
haruskah cabaran dan impianku
seorang insan yang kerdil
menjadi elegi sepi
HARUSKAH
ku longgok daun-daun duka
di suatu sudut yang sepi
di waktu senja melangkah tiba
di kala mentari merah melebar
aku termangu sendiri
melayari gemersik naluri
alunan irama sayu berbicara
HARUSKAH
angin malam
menampar lembut pipiku
mengejutkan aku dari lena
lalu ku tanya hati ini
HARUSKAH aku
dalam menghabiskan sisa hidup ini
yang teramat singkat
haruskah hidup ini selalu dilanda keresahan
haruskah aku menghadapi semua ini
aku bukanlah pilihan untuk menghadapi
semua perasangka yang membabitkan jiwaku
aku tidak meminta balasan
aku bukan minta belas kasihan
aku tidak meminta perhatian
tetapi aku hanya mahukan sedikit ruang
biarpun terasing dari sudut hati ini
biarpun terpaksa mengharungi pahit
getir , ombak . dan juga cabaran
haruskah cabaran dan impianku
seorang insan yang kerdil
menjadi elegi sepi
HARUSKAH
hanya padamu
aku pasrah
ku berteduh di timbun kasih-mu
ku lafaz kesyukuran
kerna masih di izinkan
mengadu duka nestapa
demi mencapai sebuah kehidupan yang abadi
aku pasrah
ku berteduh di timbun kasih-mu
ku lafaz kesyukuran
kerna masih di izinkan
mengadu duka nestapa
demi mencapai sebuah kehidupan yang abadi
No comments:
Post a Comment